24 Februari 2012

Sero Survey dan Pemeriksaan IMS

Sero Survey dan Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual) bertujuan untuk mengetahui gambaran risiko penyakit kelamin yang diakibatkan oleh perilaku manusia dan sebagai perencanaan program selanjutnya.
Kegiatan ini dilakukan di Puskesmas Darmaraja. Sasasarannya adalah WPS (Wanita Penjaja Seksual) di wilayah Kecamatan Darmaraja dan Kecamatan Cibugel sebanyak 20 orang.
Sebelum dilakukan Sero Survey dan pemeriksaan IMS dilakukan VCT (Voluntary Counseling and Testing/Layanan Konseling dan Test Sukarela) terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik kepada sasaran tersebut yang dilakukan oleh Dokter Puskesmas Darmaraja. Setelah itu  diambil spesimen darah untuk HIV/AIDS dan Sifilis serta apusan sekret kelamin dan duh untuk IMS yang akan dilakukan pemeriksaan di laboratorium.
Kegiatan ini dilakukan oleh program HIV/AIDS Dinkes Sumedang bekerjasama dengan LSM Sumedang Sehat Sejahtera yang memfasilitasi (mengumpulkan dan memulangkan) sasaran.
Petugas Program HIV/AIDS sedang mengambil spesimen darah.
Sasaran Kegiatan Sero Survey dan Pemeriksaan IMS.


14 Februari 2012

PETA DESA DI PUSKESMAS KABUPATEN SUMEDANG

Kabupaten Sumedang terdiri dari 26 Kecamatan, 32 Puskesmas, 279 Desa/Kelurahan (5 Kelurahan dan 274 Desa).
Peta Desa di Puskesmas Kabupaten Sumedang

KASUS CAMPAK 2011

Jumlah Kasus Campak (Kasus Campak Klinis) yang dilaporkan selama Tahun 2011 sejumlah 62 kasus. Diambil spesimen sejumlah 14 kasus (9 spesimen serum dan 5 sampel urine). Hasil laboratorium semuanya negatif Campak dan 8 Rubella. Prosentase pengambilan spesimen sebesar 23% dari total kasus, hal ini dikarenakan antara lain domisili penderita campak yang berpindah-pindah sehingga tidak terlacak.
Sebaran Kasus Campak Klinis Tahun 2011


KASUS AFP SUMEDANG 2011

Acute Flaccyd Paralysis (AFP) merupakan gejala awal dari penyakit Polio. Surveilans kasus lumpuh layuh akut (AFP) merupakan salah satu strategi dari eradikasi polio, yaitu melakukan pengamatan terus-menerus secara sistematis terhadap setiap kasus AFP. Tujuannya untuk mendeteksi kemungkinan keberadaan virus polio liar di suatu wilayah, sehingga dapat dilakukan atau upaya khusus untuk memutus transmisi virus polio liar agar tidak menyebar ke wilayah yang lebih luas.

Strategi Surveilans AFP adalah:
Menemukan kasus AFP minimal 2/100.000 penduduk usia < 15 tahun
Upaya penemuan di : Rumah Sakit,  Puskesmas dan masyarakat
Pemeriksaan Klinis dan Laboratorium
Keterlibatan ahli
Pemeriksaan Ulang 60 hari
Zero Reporting

Kabupaten Sumedang pada Tahun 2011 minimal harus menemukan kasus AFP sebanyak 6 kasus. 6 Kasus tersebut ditemukan dengan diagnosis pelacakan epilepsi, Febris dengan AFP, Cerebral Palsy, dan Hypokalemia. Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap keenam spesimen adalah negatif Virus Polio dan Entero Virus.
Sebaran Kasus AFP Sumedang 2011

12 Februari 2012

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KASUS DIFTERI 2011


Setelah sekian tahun lamanya akhirnya di Sumedang terdapat Kasus Difteri. Di Kabupaten tetangga seperti Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Bandung sudah banyak terjadi Kasus Difteri bahkan di Jawa Timur pada Akhir Tahun 2011 menyatakan terjadi KLB Difteri.

Penyebab penyakit adalah Corynebacterium diphtheria dari biotipe gravis,mitis atau intermedius. Cara penularan adalah melalui kontak dengan penderita atau carrier, jarangsekali penularan melalui peralatan yang tercemar oleh discharge dari lesipenderita difteri. Susu yang tidak dipasteurisasi dapat berperan sebagai media penularan. Masa Inkubasi biasanya 2-5 hari terkadang lebih lama. Masa Penularan beragam, tetap menular sampai tidak ditemukan lagi bakteri daridischarge dan lesi; biasanya berlangsung 2 minggu atau kurang bahkan kadangkala dapat lebih dari 4 minggu. Terapi antibiotik yang efektif dapat mengurangi penularan. carrier kronis dapat menularkan penyakit sampai 6 bulan.  Kerentanan dan Kekebalan
Bayi yang lahir dari ibu yang memiliki imunitas biasanya memiliki imunitas juga, perlindungan yang diberikan bersifat pasif dan biasanya hilang sebelum bulankeenam. Imunitas seumur hidup tidak selalu, adalah imunitas yang didapatsetelah sembuh dari penyakit atau dari infeksi yang subklinis. Imunisasi dengan toxoid memberikan kekebalan cukup lama namun bukan kekebalan seumur hidup.

Kasus berjumlah 1 orang berinial CKH usia 11,5 tahun berdomilisi di Desa Cisitu Kecamatan Cisitu. CHK adalah seorang siswa kelas VI sebuah SD. Penderita sebelumnya berdomisili  di Penjaringan - Jakarta Utara dan pindah domisili ke Cisitu-Sumedang sejak Tahun 2009 sampai saat ini.
Riwayat Imunsasi DPT pada waktu balita lengkap, sedangkan pada waktu kelas 1 SD di  Jakarta Utara tidak mendapatkan imunisasi DT karena saat dilakukan imunisasi penderita sedang sakit sehingga tidak masuk sekolah.

Penderita tidak pernah bepergian ke luar wilayah Kabupaten Sumedang dalam kurun waktu 2 minggu sebelumnya maupun 6 bulan sebelumnya. Penderita dikunjungi ayahnya yang mempunyai bisnis dan berdomisili di Jakarta pada hari ke-6 sebelum sakit dan juga sering bermain dengan saudara sepupu berumur 4 tahun yang sebelumnya berdomisili di jakarta utara dan pindah ke sumedang bulan September 2011.
Penderita mengeluh sakit tenggorokan pada tanggal 5 Desember 2011, kemudian Tanggal 6 berobat ke sebuah klinik, selanjutnya Tanggal 7 berobat lagi ke klinik tersebut. Tanggal 9 berobat ke RS "P" dan langsung dirawat di RS tersebut dengan gejala panas 38,5oC, nyeri tenggorakan, sulit menelan dan langsung ditangani oleh dokter spesialis anak. Tanggal 13 ditangani oleh dokter spesiasil THT dan dilakukan apus tenggorok secara mikroskopis biasa oleh laboratorium swasta di  Sumedang. Tgl. 14 didapatkan hasil laboratorium dengan gram positif. Tanggal 15 diberikan ADS (Anti Difteri Serum) dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, kemudian Tanggal 16 dilakukan apus tenggorok ke-2 dengan hasil masih ditermukan gram positif. Tanggal 19 dilakukan apus tenggorok ke-3 dan tidak ditemukan gram positif, dan Tanggal 20 Desember 2001 penderita diperbolehkan pulang dari RS.

Walaupun belum dilakukan apus tenggorok dengan media kultur karena hanya bisa dilakukan oleh BLK Prov. Jabar (metode media kultur lebih akurat dibandingkan dengan metode mikroskopis biasa) namun Pemberian ADS tetap dilakukan sedini mungkin untuk mencegah keparahan penyakit.

Diduga penularan penyakit Difteri dari ayahnya yang carier Difteri karena berdomisili di Jakarta banyak terdapat kasus Difteri.


Upaya yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
  • Pemberian ADS (Anti Difteri Serum) pada tanggal 15 Desember 2011 melalui Dinkes Prov. Jabar.
  • Bersama BLK Prov. Jabar Melakukan apus tenggorok (APT) kepada kasus, ibu kasus, saudara, tetangga, teman sekolah, dan guru sebanyak 20 sampel, pada 20 Desember 2011. Hasil semuanya negatif C. Diptheriae baik mikroskopis maupun kultur/biakan. Ayah kasus tidak dilakukan APT karena pada saat dilakukan APT berada di Jakarta.
  • Bersama Dinkes Prov Jabar melakukan pengobatan profilaksis (erythromycin) secara terbatas terhadap keluarga, tetangga dekat, teman sepermainan, teman sekolah, guru kelas, dan tenaga kesehatan sebanyak 35 orang, pada 20 Desember 2011.
  • Penyuluhan terhadap masyarakat sekitar terutama kepada orang tua tentang bahaya penyakit difteri dan pentingya imunisasi DPT, DT, dan Td.
  • Surveilans ketat untuk penemuan kasus di masyarakat secara dini baik berbasis masyarakat, puskesmas maupun rumah sakit, sehingga dapat diberikan pengobatan dan perawatan segera guna menghindari jatuhnya korban dan mengurangi risiko terjadinya penularan di masyarakat di waktu yang akan datang.
Alhamdulillah sampai saat ini tidak ditemukan adanya kasus baru di wilayah tersebut.

Lokasi Koordinat Kasus Difteri
Sedikit Lesi setelah hari ke-2 diberikan ADS pada penderita.

06 Februari 2012

KALENDER MINGGUAN SURVEILANS 2012


Kalender Mingguan untuk penyampaian informasi-informasi (W2, STP, C1) dari Puskesmas - Dinkes Kab/Kota - Dinkes Prov.

Silahkan lihat selengkapnya atau download :Kalender Mingguan Surveilans 2012