15 Desember 2008

Indonesia desak WHO dalam Membasmi H5N1

Pertemuan antarnegara yang diselenggarakan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengenai Kesiapsiagaan Pandemi Influenza (IGM-PIP) membahas terbentuknya mekanisme internasional baru, yakni Jaringan Influenza WHO. Mekanisme baru yang menggantikan Jaringan Surveilans Influenza Global itu untuk menerapkan sistem berbagi contoh virus dan manfaat dari virus influenza H5N1.

Menurut Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari di sela-sela sidang WHO itu, dalam siaran pers yang dipublikasikan Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan, Jumat (12/12) di Jakarta, pada pertemuan IGM-PIP tahun lalu, negara-negara anggota sepakat mengambil langkah mendesak untuk membangun mekanisme baru berbagi contoh virus dan manfaat yang bersifat internasional. Mekanisme berbagi contoh virus influenza yang adil harus menerapkan perjanjian transfer materi standar (SMTA).

Mekanisme itu diharapkan segera diintegrasikan dalam perjanjian transfer materi standar sebagai dokumen yang menjadi standar universal dan global, serta berlaku untuk semua perpindahan atau transfer materi biologis kesiapan pandemi influenza. Saat ini sudah ada persetujuan secara umum bahwa perjanjian transfer materi standar akan jadi perjanjian yang sifatnya mengikat secara umum di antara pihak-pihak dalam perjanjian.

"Kehadiran kami (delegasi Indonesia) di sini memperlihatkan niat dan upaya kami yang sungguh-sungguh dalam mengatasi ancaman pandemi yang dimunculkan oleh influenza burung atau flu burung, dan untuk menjadikan dunia tempat hidup yang lebih baik," ujar Menteri Fadilah. Ia mengakui, peningkatan pengetahuan dan pemahaman telah membantu membentuk kerangka mekanisme virus sharing.

Intergovernmental Meeting on Pandemic Influenza Preparedness (IGM - PIP) adalah sebuah proses pertemuan negara anggota yang diorganisasi Sekretariat WHO untuk memfinalisasi negosiasi mengenai berbagi virus influenza H5N1 dan berbagi manfaat yang timbul dari penggunaan virus dan bagian-bagiannya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya menyepakati mekanisme baru penanganan flu burung yang disebut Jaringan Mekanisme Influenza WHO. Jaringan itu untuk menggantikan Jaringan Surveillans Influenza Global yang berfungsi menerapkan sistem virus sharing dan benefit sharing dari virus influenza H5N1.
Kesepakatan itu akhirnya tercapai dalam sidang antarpemerintah WHO yang berlangsung di Jenewa, Swiss, 7-13 Desember 2008, yang dihadiri pula Menkes Siti Fadilah Supari. Dalam sidang tersebut, Menkes Siti Fadilah Supari memang mendesak dibuatnya mekanisme baru penanganan flu burung tersebut.
"Kami (negara-negara anggota) sepakat mengambil langkah mendesak untuk membangun mekansime baru untuk virus sharing dan benefit sharing yang bersifat internasional. Influenza virus sharing yang adil harus menerapkan perjanjian transfer materi standar (SMTA). Hari ini saya mendesak agar sistem benefit sharing diintegrasikan ke dalam SMTA," kata Siti Fadilah seperti dikutip dari siaran pers Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan di Jakarta, Minggu (14/12).
SMTA akan menjadi perjanjian yang sifatnya mengikat secara hukum di antara pihak-pihak dalam perjanjian tersebut. "SMTA akan menjadi dokumen yang menjadi standar universal dan global dan serta berlaku untuk semua pemindahan atau transfer materi biologis kesiapan pandemik influenza," tutur Menkes soal sikap Indonesia.Menkes Fadilah Supari mengakui bahwa peningkatan pengetahuan dan pemahaman telah membantu membentuk kerangka mekanisme virus sharing. (www.kompas.com)

12 November 2008

Tubuh Sehat Ibadah Haji Lancar

Seseorang yang menunaikan ibadah haji berarti memperoleh karunia langsung dari Allah SWT, untuk itu calon jemaah haji amat penting melakukan serangkaian persiapan fisk dan nonfisik. Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan tahap ke II di Kabupaten Sumedang dari 979 jemaah calon haji yang diperiksa sebanyak 292 orang (29,82%) berumur diatas 60 tahun, dengan perbandingan jemaah calon haji laki-laki sebanyak 134 orang dan jemaah calon haji perempuan sebanyak 158 orang. Dari usia tersebut jemaah calon haji kebanyakan mengalami bebagai penyakit yang beresiko tinggi seperti penyakit kardiovaskuler/jantung, penyakit kronik, diabetes melitus/kencing manis, darah tinggi dan sebagainya.
Karenanya pemeriksaan seksama perlu dilakukan. Faktor yang paling utama adalah pengenalan terhadap penyakit yang mungkin terjadi dan usaha pencegahannya, terutama bagi para calon haji yang mengidap penyakit bawaan. Beberapa penyakit bisa dilakukan pencegahan, misalnya dengan pemberian vaksinasi. Penjagaan kondisi tubuh itu penting dilakukan karena ada perbedaan cuaca yang mencolok antara Indonesia dan Tanah Suci. Melihat dari pola musim di Arab Saudi untuk tahun ini jatuh pada musim dingin. Diperkirakan suhu diantara tiga kota seperti Jeddah suhunya natara 190 F, Mekkah 140 F dan Madina pada malam hari bisa sekitar 40 F.


Untuk itu, bagi jemaah calon haji yang memiliki penyakit kronis, terbukalah pada saat pemeriksaan oleh dokter di Tanah Air. Dengan anda terbuka maka dokter bisa melakukan langkah-langkah antisipasi. Selain itu, bawa dan teruskan oabt-obatan yang sedang dikonsumsi, selalu dekat dengan dokter kloter utamakan aktifitas wajib dan hindari keramaian.
Untuk mengantisipasi dan melakukan pencegahan terhadap beberapa penyakit kronis anda dapat melakukan beberapa tips berikut ini :

Makanlah makanan yang beraneka ragam. Jangan fanatik pada jenis makanan tertentu saja, karena bisa jadi tubuh akan kekurangan nutrisi yang diperlukan. Ingat ibadah haji memerlukan kondisi fisik yang prima.

  • Perbanyak makan sayur dan buah-buahan. Sayuran dan buah mengandung banyak zat-zat yang menukung vitalitas tubuh. Selain itu bisa menangkal konstipas (susah BAB)
  • Kurangi makanan yang tinggi lemak
  • Perbanyak makanan yang mengandung zat tepung seperti biskuit dan roti, dan batasi makanan manis yang mengandung gula murni


Bagi penderita Diabetes / Kencing manis :

  • Makanlah yang cukup, secara teratur dan beraneka ragam
  • Kalori makanan disesuaikan dengan beratnya penyakit
  • Hindari makanan berupa gula pasir/merah, sirup, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental, es krim, kue manis, cake dan dendeng manis
  • Terus mengikuti diet masing-masing


Makanan bagi Penderita Jantung Koroner :

  • Makanlah makanan yang beraneka ragam dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan tubuh
  • Jangan makan makanan yang berlemak dan gurih
  • Hindari kue-kue yang terlalu manis, sayuran yang mengandung banyak serat (kangkung) dan banyak gas (kol), cabe dan bumbu lain yang merangsang
  • Jangan minum-minuman ang bersoda, kopi atau teh kental dan yang mengandung alkohol. Batasi makanan yang mengandung garam


Makanan bagi Penderita Tekanan Darah Tinggi :

  • Makanlah makanan yang beraneka ragam. Bila kegemukan kurangi makanan yang mengandung karbohidrat (nasi, jagung dll)
  • Gunakan minyak jagung, minyak wijen, minyak biji matahari untuk memasak makanan
  • Makanlah sayuran dan buah-buahan segar yang banyak menngandung vitamin (jeruk, apel, pir)
  • Batasi pemakaian garam

27 Oktober 2008

Concrete measures necessary in controlling dengue in South East Asia

South-East Asian countries must take concrete measures immediately in order to control the spread of dengue. The severity of the public health threat from dengue led to its inclusion in one of the resolutions adopted at the 61st Session of the Regional Committee Meeting of the World Health Organization’s South-East Asia Region in September 2008.

“We urge our Member States to take tangible steps towards implementing the Asia-Pacific Dengue Strategic plan, especially in the area of strengthening the system for prediction, early detection, cross-border surveillance, preparedness and early response to outbreaks of Dengue,” said Dr Samlee Plianbangchang, WHO Regional Director for South-East Asia.

“An effective approach must include community ownership, inter sectoral collaboration and coordination across relevant ministries for the effective implementation of prevention and control of this vector-borne disease.”

“WHO will provide the technical support to Member States in implementing this plan especially in the areas of assessing and monitoring the impact of climate change, in prioritizing operations research to support evidence-based policy decisions and effective preventive interventions. We will also facilitate research and development of a dengue vaccine for children,” Dr Plianbangchang said.

The Asia Pacific Dengue Strategic Plan (2008-2015) is meant to aid countries in reversing the rising trend of dengue by enhancing their preparedness; enable them to promptly detect, characterize and contain outbreaks; and limit the spread of dengue.

The situation across this Region is a concern to the World Health Organization. The transmission season for dengue in India, particularly Delhi, began in August, and is expected to peak in October and November. Indonesia has shown a gradual increase of reported cases since 2000 with the most number of cases reported in 2007 (over 150,000). It is likely that the figures for 2008 will edge close to last year’s as dengue is transmitted year-round in Indonesia, with a tendency to peak between December and February. The Maldives and Sri Lanka usually see an increase in the number of dengue cases between May and June and again from November to December.

Currently about 75% of the population in the Asia-Pacific region is at risk of Dengue. Dengue is a man-made problem which is linked to rapid unplanned and unregulated urban development, improper water storage and other conditions that provide breeding grounds for the mosquito. Movement of people to and from urban areas is another major factor.

The dengue virus spreads through the bite of the infectious female Aedes mosquito, primarily Aedes aegypti which breeds in artificial containers and improperly disposed of wastes where clean or clear water stagnates. Because dengue depends on such environmental factors, prevention is the key to effective control. Surveillance of vectors and the disease are both very critical because outbreaks of dengue are generally preceded by increased vector breeding in local areas.
Press Releases WHO (http://www.searo.who.int)

Surveilans Terpadu Biologi Dan Perilaku (STBP) Dalam Pemantauan Prevalensi HIV

Untuk melakukan pemantauan terhadap peningkatan prevalensi HIV, pemerintah telah membuat suatu strategi yang dinamakan Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP), merupakan strategi gabungan antara surveilans perilaku, surveilans sero sentineil dan survei IMS (Infeksi Menular Seksual).

Pelaksanaan survey/STBP di Indonesia pertama kali dilakukan di Papua tahun 2006. Hasil STBP Papua telah dipublikasikan awal tahun 2007 dan dipakai untuk pengembangan Program Intensifikasi Penanggulangan HIV/AIDS di Papua. Selanjutnya STBP dilaksanakan bulan Agustus sampai Desember 2007 oleh Ditjen PP&PL Depkes dan BPS, dibantu pakar nasional surveilans HIV dan konsultan Internasional dari Family Health International atau Aksi Stop AIDS di 8 provinsi yaitu Jawa Timur (Surabaya, Malang, Banyuwangi), DKI Jakarta, Jawa Tengah (Semarang), Jawa Barat (Bandung, Bekasi), Sumatera Utara (Medan), Kepulauan Riau (Batam), Papua (Jayapura) dan Papua Barat (Sorong).

Sasaran dari pelaksanaan survey adalah kelompok berisiko tinggi seperti Pengguna Napza Suntik (Penasun), Pekerja Seks (Pria&Wanita), Waria, Lelaki Suka Lelaki, dan Lelaki Berisiko Tinggi (pengemudi truk, tukang ojek, tenaga kerja bongkar muat barang/TKBM, dan anak buah kapal/ABK). Sebagian besar dari kelompok berisiko tinggi tersebut berusia muda (20-30 tahun) dan terinfeksi HIV.
Adapun tujuan umum pelaksanaan STBP adalah untuk mengukur prevalensi Infeksi Menular Seksual (Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Treponema pallidum), prevalensi HIV dan kecenderungan perilaku berisiko pada kelompok berisiko tinggi di 8 provinsi tersebut diatas. Sedangkan tujuan khususnya antara lain adalah mengukur hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku berisiko dengan prevalensi HIV dan IMS.

Menurut dr.Tjandra Yoga, angka prevalensi HIV secara umum di Indonesia masih cukup rendah (0,16%). Namun, sejak tahun 1990 prevalensi HIV pada kelompok berisiko tinggi mengalami peningkatan.
Kelompok pengguna Napza suntik (penasun) yang terinfeksi HIV dan berinteraksi dengan kelompok lainnya memberikan kontribusi terhadap peningkatan prevalensi HIV pada kelompok berisiko tinggi. Hasil Estimasi 2006 menunjukkan bahwa perkiraan jumlah Penasun saat itu adalah 219.000 orang, Wanita Pekerja Seks sebesar 221.000 orang dan pelanggan 3.160.000 orang. Apabila interaksi diantara kelompok berisiko tinggi dengan pelanggan yang merupakan “bridging population”, maka kemungkinan besar terjadi peningkatan prevalensi HIV baik di kelompok Risiko Tinggi maupun yang tidak berisiko tinggi (istri dari pelanggan seks komersial, pasangan penasun, bayi/anak pasangan terinfeksi HIV dll).

Angka prevalensi HIV wanita penjaja seks (WPS) tertinggi terdapat di Papua 15,9%, berikutnya Bali 14,1%, Batam 12,,3%, Jawa Barat 11,6%, Jakarta 10,2%, Jawa Tengah 6,6%, Jawa Timur 6,5%, dan Medan 6,1%. WPS yang terkena infeksi menular seksual seperti klamidia, gonore dan sipilis memiliki risiko lebih besar untuk menularkan maupun tertular HIV. Di Jakarta (60%) dan Jawa Timur (36%) WPS telah terinfkesi setidaknya satu dari ketiga IMS tersebut, jelas dr. Tjandra.

Kelompok pria berisiko tinggi (dilihat dari segi pekerjaan) seperti tukang ojek, supir truk, pelaut, dan pekerja pelabuhan, sebagian besar statusnya menikah (80%) dan mempunyai banyak pasangan seks. Prevalensi HIV tertinggi terdapat di Papua (3% pada pekerja pelabuhan) dan (1% tukang ojek). Sedangkan di luar Papua (0,5% anak buah kapal) dan (0,2% supir truk) terinfeksi HIV. Prevalensi klamidia dan gonore sangat tinggi di wilayah Papua, sedangkan sipilis prevalensinya sangat tinggi di semua wilayah.

Dr. Tjandra Yoga menambahkan, berdasarkan hasil estimasi tahun 2006, jumlah waria di Indonesia sekitar 20.960 hingga 35.300. Angka prevalensi HIV pada waria sangat tinggi di Jakarta (34%), Surabaya (25,2%) dan Bandung (14%). Prevalensi IMS sangat tinggi di wilayah Bandung, gonore 37,4%, klamidia 34,5%, sipilis (25,2%), Surabaya (33,7%) klamidia, (28,8%) sifilis, (19,8%) gonore, sedangkan di Jakarta (29,8%) gonore, 25,2% sipilis, 22,7% klamidia.

Kelompok pengguna napza suntik (penasun) merupakan kelompok yang sangat berisiko penularan HIV karena perilaku penggunaan jarum suntik secara bergantian. Angka prevalensi HIV pada penasun cukup tinggi di Surabaya (56%), Medan (56%), Jakarta (55%), dan Bandung (43%). Prevalensi IMS sangat tinggi di Jakarta (6,0%) klamidia, (1,3%) gonore, (0,8%) sifilis, disusul Surabaya (5,7%) klamidia, (1,2%) gonore, (1,6%) sifilis, sedangkan di Medan (5,3%) klamidia dan (2,4%) sifilis.
Sedangkan kelompok LSL (laki-laki suka laki), prevalensi HIV tertinggi di Jakarta (8,1%), Surabaya (5,6%), dan Bandung (2,0%). Untuk prevalensi IMS terbagi menjadi IMS rektal dan urethra. IMS rektal tertinggi di Surabaya (33,6%), Jakarta (33,2%) dan Bandung (29,3%) sedangkan IMS urethra tertinggi di Jakarta (8,4%), Surabaya (5,2%) dan Bandung (5,2%).

Menurut Dr. Nafsiah Sekretaris KPA, pencegahan penularan HIV dilakukan dengan merubah norma dan perilaku laki-laki, karena sebagian besar kelompok berisiko tinggi adalah laki-laki (waria, lelaki suka lelaki, lelaki pekerja seks). Selain itu, upaya juga difokuskan pada generasi muda yang berperilaku berisiko tinggi.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan.

24 Oktober 2008

Lumpuh tidak selalu Polio

"Gara-gara lumpuh layuh, semua orang jadi membenci polio ya Ma," bisik Angel kepada ibunya, saat menemani adiknya imunisasi polio. Ibu Angel, yang kebetulan seorang dokter, tersenyum lebar. "Angel, sebenarnya banyak penyakit lain yang bisa membuat anak-anak lumpuh layuh. Semuanya berbahaya. Tapi penyebab terbesarnya memang polio. Itu sebabnya, banyak orang menyalahkan dan membenci polio," kata ibunya bijak.

Lumpuh layuh mengacu pada istilah kedokteran acute flaccid paralysis. Akut (acute) merujuk pada penyakit-penyakit mendadak, seketika, atau jangka pendek. Gejalanya biasanya parah atau berat. Flaccid melukiskan keadaan otot yang tidak memiliki ketegangan (tonus) sama sekali, sedangkan paralysis berarti kelumpuhan.

Jadi, lumpuh layuh bisa disebut sebagai kelumpuhan seketika, ditunjukkan dengan hilangnya ketegangan otot yang bersangkutan. Polio, kata ibu Angel, identik dengan lumpuh layuh, karena penularannya gampang. Virus yang menginfeksi manusia lewat pencernaan itu dapat masuk melalui makanan dan minuman terkontaminasi. Bahkan manusia adalah tempat tinggal alamiah utama mereka.

Polio Tak Terditeksi

Istilah lumpuh layuh sendiri mencuat sejak media gencar memberitakan serangan virus polio di Sukabumi, sekitar awal Mei 2005 lalu.
Serangan itu memupus ambisi Indonesia untuk mendapatkan sertifikasi bebas polio dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Secara fisik, virus polio memang sulit dideteksi, bahkan oleh mikroskop cahaya biasa. Ukurannya hanya 27 nanometer atau 0,000000001 m.

Penyakit yang disebabkan oleh rendahnya kualitas sanitasi ini masuk ke dalam tubuh mendompleng makanan atau minuman terkontaminasi, lalu memperbanyak diri dalam kelenjar getah bening di saluran pencernaan. Dalam membangun koloni, mereka membutuhkan suplai asam amino dan asam nukleat yang cukup. Untuk itu mereka merampok zat-zat itu dari sel-sel tubuh manusia.

Akibatnya, sel-sel tubuh yang dijarah tadi mati. Begitu seterusnya, setelah satu sel mati, virus polio merampok sel yang lain. Mereka mampu melakukan penyusupan ke sel-sel dalam jaringan kelenjar getah bening, jaringan otot, jaringan selaput otak, dan jaringan otak. Pada tahap awal, ketika virus memperbanyak diri dalam tonsil, jaringan yang dijajahnya itu akan membengkak, mirip "radang tenggorokan".

Dari tonsil, virus polio memperbanyak diri dalam kelenjar getah bening usus, menimbulkan mual atau muntah-muntah. Bila infeksi berlanjut, virus akan masuk ke peredaran darah (menyebabkan demam tinggi), lalu memperbanyak diri di jaringan otot. Dari jaringan otot, virus merambah sel saraf melalui ujung sel saraf, sebelum akhirnya menjalar ke inti sel saraf pusat di daerah tulang belakang. Pada tahap inilah kelumpuhan datang.

Imunisasi polio sangat dianjurkan, karena jika telanjur terserang virus polio, korban akan sulit diobati. Sampai saat ini, masih belum ada obat yang efektif untuk membunuh virus itu. Imunisasi hanya meningkatkan "kecerdasan" sistem kekebalan tubuh dalam mengenali virus polio. Semakin mudah virus dikenali, semakin gampang dia dibunuh.

Tiga sekawan dan rabies

Namun, apakah hanya virus polio yang dapat meng-hadirkan lumpuh Layuh ?
Seperti kata ibunya Angel, "Tidak." Ada banyak penyebab lain. Misalnya, infeksi yang disebabkan virus coxsakie A7, echovirus 3, dan enterovirus 71. Ketiga virus itu masih satu keluarga dengan virus polio, yakni kelompok virus enterovirus. Virus-virus jenis ini menginfeksi manusia melalui jalur saluran pencernaan atau masuk melalui mulut.

Secara medis, ketiga enterovirus itu dapat menyebabkan penyakit tangan, kaki, dan mulut (hand, foot, and mouth disease, HFMD). Gejala-gejalanya tampak pada daerah tangan, kaki, dan mulut. Di sekitar tangan dan kaki muncul kelainan kulit berupa ruam-ruam dan vesikel atau gelembung kecil berisi cairan. Di daerah mulut dan tenggorokan, vesikel-vesikel itu akan terasa menyakitkan. Kulit daerah tangan dan kaki serta permukaan rongga mulut pun seperti melepuh.

Sebenarnya, ada banyak tipe enterovirus yang dapat menyebabkan HFMD, tetapi ketiga virus tadi lebih sering menyebabkan lumpuh layuh.

Dari ketiga virus itu, enterpovirus 71 yang terganas. Namun secara umum, dampak serangan ketiga virus ini patut diwaspadai. Mereka menimbulkan wabah hebat di beberapa tempat, seperti Toronto (1959), California (1969), Bulgaria (1975), dan Hungaria (1978). Di Asia Tenggara, bom infeksi virus-virus ini pernah terjadi di Malaysia (1997) dan Taiwan. Sayangnya, belum ada data atau pencatatan secara resmi tentang sepak terjangnya di Indonesia.

Virus lain yang berpotensi menyebabkan lumpuh layuh ialah virus rabies. Sudah banyak orang tahu, virus rabies ditularkan melalui gigitan anjing. Meski sebenarnya, anjing bukan satu-satunya binatang pembawa rabies. Virus ini dapat juga ditularkan oleh kucing, kelelawar pengisap darah, rubah, dan serigala.

Seseorang yang tergigit anjing atau binatang lain yang telah terinfeksi virus rabies akan merasa baal di daerah tergigit. Hal itu karena virus rabies mengganggu saraf-saraf peraba di sekitar daerah itu. Melalui jaras-jaras saraf otot dari daerah yang tergigit, virus kemudian menjalar ke pusat persarafan di tulang belakang (korda spinalis), terus naik ke atas sampai akhirnya menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernapasan, penelan, dan bicara.

Waktu yang diperlukan virus untuk menyebabkan gejala-gejala itu atau masa inkubasinya antara 4 - 12 minggu, sehingga masih ada waktu untuk diberikan imunisasi. Imunisasi rabies sebaiknya diberikan juga pada anjing peliharaan, agar kelak tak mencelakai sang tuan.

Sindrom Guillain-Barre

Di antara berbagai penyakit yang menyebabkan lumpuh layuh, sindrom Guillain-Barre (SGB) adalah penyakit yang paling sulit dibedakan dengan polio.
SGB merupakan sekelompok gejala atau sindrom berupa kelumpuhan, kerusakan saraf, dan jika parah bisa menimbulkan koma.

Gejala-gejala itu muncul pada penderita yang telah terinfeksi bakteri atau virus yang dicurigai. Singkatan SGB diambil dari nama para dokter yang pertama kali menemukan sindrom ini. Dua dokter Prancis, Georges Guillain dan Jean A. Barre pada 1916 melaporkan gejala kelumpuhan mirip polio pada para penderita yang baru saja mengalami perbaikan kondisi akibat terserang influenza.

Awal kelumpuhan terjadi di bawah, mengenai kaki (umumnya kedua tungkai), dan terus merembet ke atas, hingga menyebabkan gangguan pernapasan dan penurunan kesadaran. Keempat tungkai (kedua kaki dan kedua tangan) itulah yang berpeluang mengalami lumpuh layuh. Saraf yang diserang bukan hanya yang mempersarafi otot, tetapi bisa juga indera peraba. Akibatnya, penderita mengalami baal atau mati rasa.

SGB sempat mencuri perhatian masyarakat dunia, ketika pada 1976, pemerintah Amerika Serikat mengadakan program imunisasi massal terhadap influenza. Dari 46 juta orang yang diimunisasi, ternyata lebih dari 4.000 orang mengalami sindrom GBS. Meski jumlahnya tak seberapa dibandingkan dengan seluruh populasi yang mendapat imunisasi, tapi menimbulkan banyak tuntutan hukum akibat kelumpuhan yang berkaitan dengan program imunisasi itu.

Penderita SGB bisa sembuh secara spontan setelah 2 - 3 pekan. Kesembuhan ditunjukkan dengan pulihnya kekuatan otot, dimulai dari bagian atas. Otot-otot kaki biasanya pulih paling belakangan.

Myasthenia Gravis

Myasthenia artinya kelemasan pada otot, sedangkan gravis berarti berat atau parah. Jadi, dari namanya, penyakit ini menunjukkan gejala kelemasan berat pada otot.
Otot-otot penderita menjadi cepat lelah dan lemas secara tidak normal, setelah melakukan kerja fisik tertentu.

Penyakit ini masuk kategori kelainan autoimmune, akibat sistem kekebalan tubuh (antibodi) menyerang organ-organ tubuh sendiri. Antibodi seharusnya menyerang kuman penyakit dari luar, tapi pada myasthenia ia menyerang sambungan saraf-otot. Supaya otot berkontraksi, ujung serabut saraf melepaskan sinyal tertentu pada otot yang dituju.

Sinyal-sinyal yang dilepas itu berupa senyawa-senyawa kimia tertentu atau neurotransmitter. Nah, pada penyakit ini, reseptor-reseptor pada otot yang berfungsi menerima neurotrasmitter diblokade oleh antibodi itu sendiri. Hasilnya, otot yang bersangkutan tidak mampu berkontraksi dan menjadi lumpuh layuh. Kelemahan otot juga dapat mengenai otot pengunyah, otot penelan, dan otot bicara.

Bila penderita sering mengunyah, otot-otot pengunyahnya akan gampang kelelahan, sehingga mulut penderita menganga, tak sanggup menutup. Pada saat makan, penderita bisa saja terganggu karena kehilangan kemampuan untuk menelan makanan. Atau bila banyak berbicara, mendadak ia menjadi bisu.

Penderitaan lain, si penderita tidak bisa mengangkat tangannya lebih dari 1 - 2 menit. Meskipun kelumpuhan pertama-tama menyerang otot daerah kepala (mata, pengunyah, penelan, bicara), myasthenia juga bisa mengenai otot tungkai. Bila tidak ditangani dengan serius, ia bisa mengancam nyawa. Terutama bila yang diserangnya otot pernapasan.

Polio memang menjadi sorotan ketika banyak orang menderita lumpuh layuh, tapi seperti kata ibunya Angel, polio bukan satu-satunya tersangka.
(dr. Danny Pattirajawane)

09 Oktober 2008

Awas toksin ada di dekat kita

“ Jika timbunan toksin tidak dibersihkan, maka akan mengakibatkan iritasi, peradangan pada jaringan, dan menurunkan fungsi normal dari setiap organ tubuh “

Disadari atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kuman, racun (toksin) berada disekitar kita dan kita hidup bersama dengan mereka. “Ribuan hingga jutaan toksin berada di sekeliling kita dan siap melawan sistem kekebalan ubuh kita,” kata dr. M Rusmin, alumnus Fakultas Kedokteran, Yayasan Rumah Sakit Islam (YARSI), Jakarta.

Bila dibiarkan, lanjut Rusmin, racun-racun tersebut perlahan-lahan akan membahayakan kesehatan tubuh manusia.
Karyawan Dinas Kesehatan yang menjabat Kepala UPT di salah satu puskesmas di Pontang, Serang, Tangerang ini menjelaskan, toksinyang masuk kedalam tubuh menyebabkan tubuh mudah lelah, mudah sakit, wajah terlihat pucat, dan kurang bersemangat. “Toksin-toksin yang sering hinggap ditubuh manusia karena pengaruh lingkungan dan akibat gaya hidup yang tidak sehat.” Ujar pria kelahiran Padang pariaman, 22 Desember ini.

Rusmin menegaskan, orang yang tinggal dekat dengan tempat pembuangan limbah, kotor, asap atau emisi gas buangan kendaraan bermotor, sangat rawan terhadap serangan toksin. Selain itu, makanan yang dimakan juga bisa mengandung toksin yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh.

Begitu juga dengan obat farmasi. Apabila sulit diproses didalam tubuh, obat-obatan farmasi lama-lama akan menjadi racun didalam darah. Dampaknya akan merusak organ penting didalam tubuh.

Namun, ungkap Rusmin, dari semua itu gaya hidup manusia memiliki pengaruh yang besar terhadap serangan toksin. “orang yang terbiasa merokok dan terkena asap rokok besar kemungkinan terkena serangan penyakit jantung, kanker paru-paru, dan lainnya yang diakibatkan dari pengaruh toksin-toksin yang terdapat didalam rokok,”jelas Rusmin.

Toksin yang sebagian besar larut kedalam lemak, bila mengalami akumulasi dalam otak dan kelenjar endokrin, maka dapat menimbulkan disfungsi otak dan gangguan hormon (kesuburan).

Rusmin mengungkapkan, jika timbunan toksin tidak dibersihkan maka akan mengakibatkan iritasi, peradangan pada jaringan, menurunkan fungsi normal dari setiap organ tubuh. Selain itu juga akan merusak proses metabolisme tubuh dan menimbulkan beragam penyakit berbahaya, seperti alergi, asma, keterbelakangan mental, jantung, dan kanker.

“ Menetralkan racun .........

Tubuh manusia memiliki mekanisme detoksifikasi yang mengeluarkan racun-racun dari dala tubuh. Tuhan telah menciptakan liver sebagai pusat detoksifikasi alamiah yang mampu menetralisasikan semua racun didalam tubuh. Liver, organ paling utama dalam proses detok didalam tubuh, melakukan detoksifikasi setiap hari.

Ada dua fase proses detox, pertama liver mengubah sifat racun dari toksin atau dinetralkan. Kedua, toksin yang telah dinetralkan diubah sifat senyawanya sehingga larut dalam air dan dibuang keluar tubuh lewat urine dan keringat.

Tapi, kerja liver ini bisa terganggu jika racun terlalu banyak mengendap ditubuh kita. Akibatnya, fungsi liver bisa menurun. Tanda-tanda menurunnya fungsi liver, antara lain ditandai dengan tubuh mudah lelah, mual, kembung, beratbadan naik, asam urat naik, kadar kolesterol tinggi, masuk angin, kram, mudah lapar, hingga otot-otot terasa pegal.

Bila gejala-gejala seperti itu dibiarkan saja tanpa ada upaya untuk memperbaiki fungsi liver, dampaknya bisa memunculkan penyakit degeneratif, seperti kanker, pengerasan liver, kencing manis, darah tinggi, jantung koroner, stroke, dan penuaan dini.

Para pakar kesehatan mengemukakan kesehatan tubuh itu sebenarnya berawal dari usus besar yang sehat. Pola makan dan pola hidup yang tak sehat akan menyisakan kerak yang menempel di dinding usus besar.

Selama kerak didinding usus besar tidak dibersihkan, proses penyerapan racun akan terus berlangsung. Selanjutnya, racun akan masuk ke pembuluh darah dan membebani kerja liver sebagai pusat metabolisme yang bekerja membongkar semua sampah.

Meski secara alamiah tubuh manusia mampu melakukan detox setiap hari, kemampuan tubuh manusia untuk membuang toksin terbatas. Ditambah lagi jika gaya hidup tidak sehat dan lingkungan tempat tingal banayk polusi, kemampuan liver untuk melakukan detoksifikasi semakin tidak optimal.

Untuk mengoptimalkan kerja liver dalam melakukan detoksifikasi itu bisa dibantu dengan mengonsumsi makanan tambahan/suplemen.Produk makanan tambahan itu untuk mengoptimalkan kerja liver. Namun, menerapkan “ Gaya Hidup Sehat “ jauh lebih penting agar tak banyak jumlah racun yang masuk ke tubuh kita.
Sumber : Republika

Cuci tangan, penting kah?

Cuci tangan perlu menjadi gaya hidup. Pasalnya dari kebiasaan sederhana ini kualitas kesehatan kita pun bakal meningkat. Kebiasaan ini penting dimulai sejak kanak-kanak.

"Lebih sulit mengubah kebiasaan orang daripada memulai menumbuhkan kebiasaan mencuci tangan," jelas Dr. Handrawan Nadesul, di Jakarta, Kamis (18/9).

Kata Hans, begitu dokter ini kerap disapa, ada banyak penyakit yang bisa ngendon dalam tubuh kita bila kerap lalai mencuci tangan. Mulai dari bisul, jerawat, tifus, leptospirosis, jamur, polio, disentri, diare, kolera, cacingan, hepatitis A, SARS hingga flu burung.

Penyakit-penyakit ini dengan mudah memasuki tubuh lewat tangan yang tercemar kuman, virus, parasit. Entah saat memegang pintu, memijit tombol lift, bersalaman, memegang uang, kursi atau barang apa saja.

Dari tangan yang tercemar, kuman masuk ke mulut lewat makanan yang kita pegang. Jadi tangan menjadi jembatan tersebarnya kuman dari kotoran atau tinja ke mulut.

"Karena itu penyakit-penyakit seperti gastroenteritis, kolera, disentri, tifus, cacingan, hepatitis A, leptospirosis, polio dan candidiasis disebut sebagai infeksi fecal-oral. Fecal itu tinja dan oral itu mulut." jelas Hans.

Beban ongkos gara-gara menyelepekan kebiasaan ini cukup besar. Cacingan misalnya. Kasus cacingan yang kerapkali menyerang anak usia 5 hingga 14 tahun ini menghabiskan biaya pengobatan hingga 30-33 miliar per tahun. "Itu menurut data dari WHO," jelas Hans.P

adahal angka kasus diare di Indonesia mencapai 301 per 1.000 penduduk dan angka tifus mencapai 300-810 per 1.000 penduduk. Masih ditambah dengan kasus lainnya. Akibat sanitasi yang buruk dan kebiasaan yang tidak sehat ini ongkos yang dibuang Pemerintah Indonesia setiap tahunnya menurut WHO mencapai 6 miliar dolar Amerika.
(www.promosikesehatan.com)

17 September 2008

TIPS Agar Tetap Segar Selama Puasa

KETIKA berpuasa, bahan makanan yang masuk (intake) berbeda dengan energi yang dikeluarkan (outtake) selama beraktivitas. Itu sebabnya, selama menjalankan ibadah puasa, kesehatan pun harus dijaga.
Untuk itu, perlu diperhatikan pengaturan makan dan minum pada saat sahur atau berbuka puasa, agar tubuh tetap segar dan bugar sepanjang hari selama berpuasa.
Pada saat berpuasa bahan makanan penghasil energi utama seperti karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein yang masuk ke tubuh kita tidaklah sebanyak hari-hari biasa. Untuk itu ada kiat-kiat khusus agar tubuh tetap segar dan fit selama berpuasa.
Agar kondisi tetap prima kendati tengah berpuasa, simak tips-tips kesehatan ini.

Ada yang bilang biar tetep bugar selama puasa harus :
1. NIAT PUASA
2. TETAP MAKAN SAHUR
3. HINDARI MAKANAN DAN MINUMAN YANG BANYAK MENGANDUNG GULA SAAT SAHUR
4. SEGERA BERBUKA PUASA PADA WAKTUNYA
5. BEROLAHRAGA DI BULAN RAMADHAN
6. MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT SELAMA BERPUASA

Emang Gimana Salah Gituh...???
Whois... tenang saudara-saudara itu semua memang benar, tapi apabila ditambah hal-hal di bawah ini, insya allah puasa ente-ente semue nye kage bakel nyampe memble deh,,, busyet.

Jangan lupa selalu mengkonsumsi makanan bergizi baik pada saat sahur atau berbuka puasa. Walau menu sederhana, yang penting mengandung lima unsur gizi lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.

Upayakan untuk mencegah dehidrasi tubuh dengan banyak minum air putih pada malam hari. Hal ini penting dilakukan, karena pada siang hari aktivitas kita cenderung banyak mengeluarkan keringat baik di ruangan terbuka atau ber-AC.

Pada saat berbuka, awali buka puasa Anda dengan makanan atau minuman hangat dan manis seperti kolak, setup, ataupun minuman manis lainnya. Tapi ingat, jangan mengkonsumsi minuman yang mengandung soda, karena dapat menimbulkan akibat buruk bagi perut Anda.

Jangan langsung minum air dingin atau es, sebaliknya biasakanlah berbuka dengan minuman yang hangat. Perut yang kosong bisa menjadi kembung, bila Anda langsung berbuka puasa dengan air dingin, karena asam lambung dalam tubuh kita akan terbentuk semakin banyak.

Kemudian beristirahatlah kurang lebih satu jam sebelum menyantap hidangan berbuka yang telah dihidangkan. Tujuannya untuk memberikan keseimbangan terlebih dahulu pada pencernaan kita. Ingat, jangan mengkonsumsi makanan berlebihan dan makanan asinan.

Berbuka puasa hendaknya dilakukan secara bertahap dan tidak terburu-buru agar lambung tidak "kaget". Dengan demikian kerja lambung tidak terlampau berat. Untuk meringankan kerja pencernaan, kunyah makanan dengan baik.

Agar Anda mampu menahan rasa lapar, perbanyaklah mengkonsumsi jenis makanan berserat yang banyak terdapat dalam sayur dan buah. Tubuh kita memerlukan waktu lebih lama untuk mencerna makanan yang banyak mengandung serat.

Selain memperbanyak makanan berserat dan makanan yang mengandung protein, sebaiknya Anda juga menyediakan jenis makanan yang mengandung vitamin dan mineral serta makanan tambahan agar tubuh tetap segar bugar sepanjang hari.

Vitamin yang penting dikonsumsi setiap hari adalah vitamin A, B, dan C. Tapi kalau Anda sudah makan buah berwarna kuning atau merah, sayur berwarna hijau tua, kacang-kacangan, maka tak perlu khawatir kekurangan vitamin tersebut.

Bagi penderita sakit lambung makanan yang sebaiknya dihindari adalah ketan, mie, daging berlemak, ikan dan daging yang diawetkan, sayuran mentah, sayuran berserat, minuman yang mengandung soda, dan bumbu yang tajam (cuka, cabai, asam). Jenis makanan tersebut bisa menimbulkan gas yang berpengaruh meningkatkan produksi asam lambung.

Bagi mereka yang berat badannya melebihi berat badan ideal, sebaiknya selama berpuasa pun tetap menghindari makanan yang tinggi kolesterolnya, misalnya lemak hewan, margarin, mentega. Selain itu, sebaiknya Anda menghindari makanan yang manis-manis, seperti dodol, sirup, cokelat, kue tar, es krim. "Selain lebih banyak mengkonsumsi sayur, buah, dan daging tanpa lemak, pengolahan makanannya pun sebaiknya jangan digoreng."

Sedang bagi mereka yang terlalu kurus, selama berpuasa sebaiknya menambah porsi susunya dan menghindari makanan yang sulit dicerna seperti sayuran berserat kasar (daun singkong, daun pepaya).

Bagi mereka yang berusia lanjut, aturlah pola makan saat berbuka puasa juga secara bertahap. Makanlah jumlah yang lebih sedikit, namun dilakukan beberapa kali

Sumber : http://www.kompas.co.id

25 Agustus 2008

PERTEMUAN KOORDINASI MEETING PENANGGULANGAN FLU BURUNG DI KABUPATEN SUMEDANG

Dinkes Sumedang (19 Agustus 2008)
Penyakit menular masih menjadi masalah prioritas dalam pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Dalam Sistem Pelayanan Minimal (SPM) yang terdapat dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/2003 tentang Penanggulangan Penyakit Menular wajib diselenggarakan Daerah, kecuali terbukti masalah tersebut tidak ada / ditemukan.
Selain itu kejadian penyakit menular tersebut tidak mengenal batas wilayah administrative pemerintahan dalam wilayah yang sifatnya relative “tertutup”, penyakit menular lebih dipengaruhi oleh batasan ekosistem, ketimbang batasan administrative, oleh karena itu penanggulangan penyakit menular banyak dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan yang bersifat lintas sector dan stakeholder lain serta adanya keterlibatan peran serta masayarakat secara aktif.
Strategi Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza bertujuan untuk memfasilitasi suatu respons nasional yang terkoordinasi, efektif disemua jenjang administrasi dalam menghadapi pandemi influenza, melalui kegiatan pencegahan dan pengendalian untuk mengurangi kesakitan, kematian dan dampak sosial ekonomi yang dapat ditimbulkan.
Saat ini dunia sedang melakukan langkah-langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya pandemi influenza termasuk Indonesia, karena saat ini situasi AI telah berada pada fase 3 yaitu suatu keadaan tidak ada penularan efektif dari manusia ke manusia atau ada kemungkinan terjadi penularan dari manusia ke manusia tapi belum efektif - terbatas.
Di Kabupaten Sumedang sendiri kasus yang dinyatakan suspek flu burung pada manusia dari tahun 2005 sampai dengan bulan Agustus 2008 tercatat sebanyak 17 kasus suspek yang dinyatakan negatif (-) terinfeksi virus H5N1, sedangkan kasus yang dinyatakan Positif (+) terinfeksi H5N1 pada manusia sebanyak 2 orang dan 1 orang diantaranya telah meninggal dunia pada awal Mei 2008 ini.
Oleh karena hal tersebut maka Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang melaksanakan kegiatan pertemuan koordinasi meeting baik lintas program amupun lintas sektoral terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumedang pada tanggal 19 Agustus 2008 bertempat di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang yang bertujuan diperolehnya kesepakatan bersama untuk :
  1. Terciptanya sinergitas dalam pengamatan, pencegahan dan penanggulangan Flu Burung dan penyakit Zoonosis yang tertuang dalam SK Bupati mengenai Komitei Kabupaten dalam Penanggulangan dan Pengendalian Flu Burung dan Penyakit Zoonosis di Kabupaten Sumedang.
  2. Diperolehnya kesepakatan bersama dan keterlibatan secara aktif diantara lintas program dan lintas sektor terkait dalam upaya pencegahan dan penanggulangan Flu Burung di Kabupaten Sumedang.
  3. Diperolehnya dukungan dari berbagai instansi dan pihak-pihak terkait dalam strategi-strategi penanganan masalah flu burung di Kabupaten Sumedang.

Pertemuan ini dihadiri oleh 20 orang peserta yang berasal dari :

  • Unsur Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang (Lintas Program), Kepala Bidang & Kepala Seksi Lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.
  • Unsur RSU Swadana Kabupaten Sumedang.
  • Unsur Bagian Sosial/Kesra Pemda Sumedang.
  • Unsur Dinas Peternakan & Perikanan Kabupaten Sumedang.
  • Unsur Bapeda.
  • Unsur Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial.
  • Unsur TP-PKK Kabupaten Sumedang

Dalam arahannya Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Dr.H. Hilman Taufik W.S., M.Kes, menyatakan koordinasi yang telah dilaksanakan selama ini sangat baik dan diharapkan lebih ditingkatkan serta upaya penanggulangan flu burung untuk lebih diarahkan pada upaya preventif / pencegahan, serta adanya peran serta aktif dari masyarakat untuk melakukan upaya penanggulangan Flu Burung di Kabupaten Sumedang.

05 Agustus 2008

Virus EV-71

Virus EV-71(Entero Virus) kini jadi virus yang sangat menakutkan di cina dan Singapura , penyakit tangan kaki dan mulut yang di Indonesia dulu tidak berbahaya dan kini berbeda, penyakit yang beredar dan menakutkan yang beredar di cina dan singapura kini bukan tidak mungkin akan menyebar ke Indonesia. Entero Virus (EV-71) banyak menyerang anak-anak meski secara teoritis bisa menyerang orang dewasa.
Kewaspadaan Dini Terhadap Penyebaran Penyakit Tangan, Kaki & Mulut, perlu kita tingkatkan bersama-sama untuk mencegah terhadap kemungkinan penyebaran Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut (PTKM) yang disebabkan oleh Enterovirus strain 71 (EV-71) tersebut masuk di wilayah Kabupaten Sumedang
Meski belum masuk ke Indonesia , bukan tidak tertutup kemungkinan bakal beredar di Indonesia , maka depkes mengambil sebuah lankah untuk menutup masuknya Virus tersebut ke Indonesia dengan menjaga kebersihan dan selalu mencuci tangan dan kaki sebab penyakit tersebut berkembang pada alat pencernaan manusia
Penyakit ini sangat berbahaya dan gejalanya selain demam sakit kepala dan tenggorokan tanda tanda lainyakni timbul bercak merah pada tangan kaki dan benjolan berisi air pada rongga mulut. Dari itu mari kita stop akan masuknya Virus ini ke Indonesia dengan menjaga kebersihan akan sekeliling kita

Pengertian :

  • PTKM adalah penyakit tangan, kaki dan mulut (Hand Foot Mouth Disease / HFMD) yang disebabkan oleh Enterovirus, Coxsackie virus atau Echovirus. Penyakit ini berbeda dengan penyakit kuku dan mulut pada binatang.
  • Pada umumnya menyerang anak usia di bawah 10 tahun dengan masa inkubasi 3-7 hari dan masa infeksius minggu pertama sejak timbul gejala.

Tanda dan gejala :

  • Gejala awal : Demam (38-39ºC), nafsu makan turun dan nyeri menelan.
  • Timbul vesikel dan ruam di dalam mulut. Vesikel ditemukan di lidah, gusi atau mukosa pipi. Vesikel ini mudah pecah dan menjadi ulkus yang menyebabkan anak tidak mau makan dan ludah meleler keluar. Ruam dengan vesikel dapat juga ditemukan pada telapak tangan, kaki dan bokong pada bayi.
  • Komplikasi yang timbul akibat Enterovirus 71 adalah gangguan neurologi berat yaitu meningitis aseptik, ensefalitis maupun kelumpuhan.

Cara Penularan :

  • Secara kontak langsung dengan cairan tubuh penderita (cairan hidung, mulut, vesikel) melalui batuk, berbicara dan bersin (droplet).
  • Secara oral fecal melalui tangan, mainan dan alat-alat lain yang tercemar oleh feses penderita.

Siklus Penularan :

Enterovirus masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran cerna, berkembangbiak di orofaring dan banyak ditemukan dalam feses penderita. Replikasi enterovirus dapat terjadi di saluran gastrointestinal atau saluran respiratori. Setelah fase viremia, infeksi akan mengenai jaringan dan beberapa organ sehingga menimbulkan gejala yang bervariasi. Penularan virus melalui faecal-oro route dan dapat pula melalui kontak langsung melalui droplet. Virus akan dieksresi melalui feses selama beberapa minggu.

Pencegahan :
  • Tingkatkan kebersihan pribadi dengan mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan, sesudah BAB, membersihkan feses anak dan membuang ingus.
  • Tutup mulut dan hidung bila batuk dan bersin kemudian membersihkan hidung dan mulut dengan tisu.
  • Pisahkan alat makan, alat kebersihan pribadi dan pakaian termasuk kaus kaki & sepatu penderita dengan orang yang sehat.
  • Bersihkan alat – alat yang terkontaminasi dengan air, sabun dan bilas dengan pemutih yang mengandung klorin.
  • Observasi ketat kontak serumah.

Pengendalian Infeksi :

  • Hindari kontak langsung antara pasien PTKM dengan pasien lain
  • Desinfeksi peralatan pasien sesuai Standar Operasioanl Prosedur (SOP) / Protap.
  • General precaution bagi tenaga kesehatan : Gunakan sarung tangan, masker dan cuci tangan segera setelah menangani penderita. (dari berbagai sumber)

29 Juli 2008

Chikungunya....??

(Dinkes Sumedang).
Mungkin sebagian pembaca baru mengetahui apakah penyakit yang dinamakan "Chikungunya" ini. Padahal penyakit yang dilaporkan kejadiannya pertamakali di Tanzania pada tahun 1952, Uganda tahun 1963, Sinegal tahun 1967, 1975 dan 1983, Angola tahun 1972. Afrika Selatan tahun 1976, Ziare dan Zambia di Afrika Tengah pada tahun 1978-1979. Pada tahun 1950 mulai menyebar ke wilayah Asia yaitu India, Filipina, Thailand, Myanmar dan Vietnam.

Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali terjadi di Samarinda, kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal 2001, kejadian luar biasa (KLB) demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober. Setahun kemudian, demam Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah). Jumlah kasus chikungunya yang terjadi sepanjang tahun 2001-2003 mencapai 3.918 kasus tanpa kematian.


Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung (that which contorts or bends up), mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki.

Chikungunya di Kabupaten Sumedang pertamakali terlaporkan terjadi pada tahun 2007 sebanyak 240 orang yang tersebar di 6 kecamatan dan pada tahun 2008 sampai dengan bulan Juni terlaporkan sebanyak 158 orang.

Penyebaran penyakit Chikungunya di Indonesia terjadi pada daerah endemis penyakit Demam Berdarah Dengue. KLB sering terjadi pada awal dan akhir musim hujan. Banyaknya tempat perindukan nyamuk sering berhubungan dengan peningkatan kejadian penyakit Chikungunya.

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus, yaitu Alphavirus dan ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang sama juga menularkan penyakit demam berdarah dengue. Meski masih "bersaudara" dengan demam berdarah, penyakit ini tidak mematikan.
Gejala utama terkena penyakit Chikungunya adalah tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti dengan linu di persendian. Bahkan, karena salah satu gejala yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada tulang-tulang, ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang.

Masih banyak anggapan di kalangan masyarakat, bahwa demam Chikungunya atau flu tulang atau demam tulang sebagai penyakit yang berbahaya, sehingga membuat panik. Tidak jarang pula orang meyakini bahwa penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan.
Memang, sewaktu virus berkembang biak di dalam darah, penderita merasa nyeri pada tulang-tulangnya terutama di seputar persendian sehingga tidak berani menggerakkan anggota tubuh. Namun, bukan berarti terjadi kelumpuhan.

Masa inkubasi dari demam Chikungunya dua sampai empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tiga sampai 10 hari. Virus ini termasuk self limiting disease alias hilang dengan sendirinya. Namun, rasa nyeri masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan.
Tak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya.Yang penting setelah berobat cukup istirahat, minum dan makanan bergizi.

Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar. Sebaiknya minum jus buah segar. Setelah lewat lima hari, demam akan berangsur-angsur reda, rasa ngilu maupun nyeri pada persendian dan otot berkurang, dan penderitanya akan sembuh seperti semula. Vitamin peningkat daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk menghadapi penyakit ini.Selain vitamin, makanan yang mengandung cukup banyak protein dan karbohidrat juga meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu pada persendian cepat hilang. Minum banyak air putih juga disarankan untuk menghilangkan gejala demam.

Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam pemberantasan penyakit demam berdarah dengue, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas nyamuk ini adalah dengan cara menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.

Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti sekarang. Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat. Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk tersebut.

25 Juli 2008

SEHAT DALAM HITUNGAN MENIT !!!

Kesibukan individu dalam kegiatan sehari -hari telah melupakan banyak hal. Hal-hal yang sebetulnya sederhana dan sebaiknya dikerjakan, terkadang diabaikan. Manusia dalam mengisi kehidupannya melakukan berbagai aktivitas melalui berbagai kegiatan. Daftar panjang pekerjaan yang harus dilakukannya telah banyak melupakan banyak hal. Sebagian besar waktu digunakan untuk menyelesaikan tuntutan hidup. Padahal banyak masalah yang terabaikan yang mungkin mempunyai nilai yang tinggi bagi dirinya dimana salah satunya adalah kesehatan.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan berkaitan dengan masalah kesehatan agar menjadi kebiasaan atau perilaku sehari-hari.


2 MENIT UNTUK BEBAS DARI PENYAKIT DIARE. Atau HANYA PERLU 2 MENIT UNTUK SEHAT !!

Kebersihan tangan adalah pangkal hidup sehat ! Kita sering mendengar seseorang sakit perut atau diaree setelah menyantap makanan yang dihidangkan baik direstoran maupun dipesta-pesta ataupun makanan yang disiapkan dirumah sendiri !. Tangan telah diyakini menjadi wahana yang penting dalam penularan penyakit, khususnya penyakit yang ditularkan melalui mulut, misalnya diare. Tangan menjadi kotor setelah yang bersangkutan membuang air besar, menangani anak yang buang air besar, atau aktivitas lainnya yang berhubungan dengan pegang-memegang. Menurut penelitian yang pernah dilakukan, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, menyiapkan makanan atau setelah buang air besar di Indonesia masih sangat rendah. yaitu hanya sekitar 7%. Kurangnya pengetahuan tentang akibat berbahaya dari kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesehatan. Nah untuk bebas dari penyakit yang mungkin menyerang , mencuci tangan yang benar adalah sangat dianjurkan . Cucilah tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih melalui kran, pancuran atau gayung pembilas yang dilakukan setelah buang air besar, sebelum makan dan sebelum menyiapkan makanan . Cara ini sangat mudah dan sederhana serta tidak memakan waktu lama, hanya 2 menit saja namun hasil yang dapat diperoleh adalah sangat luar biasa !!


30 MENIT UNTUK BEBAS DARI DEMAM BERDARAH !!

Lingkungan yang buruk dan kotor sangat berpotensi memelihara penular bibit penyakit demam berdarah yaitu nyamuk. . Nyamuk Aedes aegypti dapat dijumpai pada keleng-keleng bekas , atau tandon air yang tidak terawat atau lainnya yang merupakan pencerminan masyarakat yang kurang perhatian terhadap lingkungan dan kebersihan.Dalam rangka upaya PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) maka salah satu upaya yang dilakukan di Kabupaten Sumedang adalah menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan kerja bakti secara serentak selama 30 menit dilingkungnnya pada tiap hari Jum’at pukul 9.00 s/d 9.30. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3 M ( Menguras, Menutup dan Mengubur ). Sudah dapat dipastikan jika ini dilakukan secara terus menerus selama 6 bulan berturut-turut Demam Berdarah tidak akan menjadi masalah lagi.


3 M Plus adalah tindakan yang dilakukan secara teratur untuk memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan cara :Menguras Menguras tempat-tempat penampungan air seperti : bak mandi / WC, tempayan, ember, vas bunga, tempat minum burung dan lain-lain seminggu sekali.
  • Menutup. Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong, drum dan lain-lain

  • Mengubur. Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar / di luar rumah yang dapat menampung air hujan Plus tindakan memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk

  • Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit dikuras atau sulit air dengan menaburkan bubuk Temephos (abate) atau Altosid 2 – 3 bulan sekali dengan takaran 1 gram abate untuk 10 liter air atau 2,5 gram Altosid untuk 100 liter air. Abate dapat diperoleh di puskesmas se-Kabupaten Sumedang

  • Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, mengusir nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk , mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk gosok , memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi dan tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar. (all source )

Satu Miliar Meninggal Akibat Rokok/Hari


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah laporannya, Kamis (7/2), memperkirakan sekitar 1 miliar orang di seluruh dunia akan meninggal akibat rokok pada abad 21 jika pemerintah dan warga sipil tidak segera bertindak mengatasi epidemik penggunaan tembakau. “Seratus juta kematian tercatat akibat tembakau pada abad ke 20 lalu. Jika tren ini terus berlanjut, akan ada kenaikan hingga satu miliar kematian pada abad ke-21. Bila tidak dikendalikan, kematian yang berkaitan dengan tembakau akan meningkat lebih dari delapan juta per tahunnya pada 2030, dan 80 persen dari kematian tersebut akan terjadi di negara-negara berkembang,” ungkap laporan yang disampaikan Director General WHO, Margaret Chan, dalam jumpa pers bersama dengan Walikota New York, Michael Bloomberg.


Angka tersebut merupakan hasil sebuah studi yang mengungkapkan data-data penting penggunaan serta kontrol tembakau di negera-negara yang mewakili lebih dari 99 persen populasi dunia. Riset juga merekomendasikan perlunya penerapan enam strategi berlapis untuk memerangi epidemik tersebut. Enam strategi ini adalah memantau penggunaan tembakau dan kebijakan pencegahannya, melindungi masyarakat dari rokok, menawarkan bantuan untuk berhenti menggunakan tembakau, memperingati akan bahaya tembakau, menerapkan larangan bagi promosi dan iklan produk tembakau, serta menaikkan pajak produk tembakau “Selagi upaya memerangi tembakau mendapatkan momentumnya, secara virtual seluruh negara harus lebih berperan. Ada enam strategi yang dapat diterapkan setiap negara dan ketika dikombinasikan menjadi seuatu paket, maka semua itu akan memberi kita kesempatan terbaik untuk membalikkan epidemik yang berkembang ini,” ungkap Chan.



Laporan WHO juga mencatat bahwa penggunaan tembakau telah berkembang dengan sangat cepat di negara-negara berpendapatan rendah. Dengan pertumbuhan populasi tetap, negara-negara ini menjadi sasaran industri tembakau, sehingga jutaan orang setiap tahunnya menjadi pecandu. Dikatakan pula dalam laporan itu, hampir dua pertiga dari perokok di dunia tinggal di 10 negara : yakni China ( 30 persen), India (10 persen), Indonesia, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Brazil, Bangladesh, Jerman dan Turki.



Laporan itu juga mencatat, hanya lima persen dari populasi dunia terlindung oleh undang-undang nasional anti-rokok yang komprehensif. Sedangkan setengah populasi lainnya — dua pertiganya hidup di negara berkembang — bahkan tidak memiliki data minimal tentang penggunaan tembakau. “Di banyak negara, penggunan tembakau lebih tinggi di antara warga miskin daripada yang kaya. Dan yang miskin lebih menderita akibat konsekuensi penyakit yang berkaitan dengan tembakau sehingga menimbulkan penderitaan secara ekonomi dan mengabadikan siklus kemelaratan dan penyakit,” kata laporan itu Menurut data, oenggunaan tembakau saat ini telah menyebabkan dunia mengeluarkan biaya ratusan miliar dolar AS setiap tahunnya. Di negara AS sendiri, kerugian ekonominya diperkirakan mencapai sekitar 92 milar dolar AS per tahun. (sumber : www.kompas.com)

24 Juli 2008

Waspada DBD

Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke Dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.
Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.

Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami/menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur dsb.
Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok/presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok/kematian.
Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.

DiagnosisDiagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan leukopenia relatif.
Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis.
Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada menunggu akut.
Gambaran Klinis Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih gejala? gejala berikut: nyeri kepala, , nyeri otot, nyeri persendian, bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan leukopenia.Kriteria Untuk Diagnosa LaboratoriumSatu atau lebih dari hal-hal berikut :Isolasi virus dengue dari serum, plasma, leukosit ataupun otopsi.Ditemukannya anti bodi IgG ataupun IgM yang meningkatkan tinggi titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau lebih antigen dengue dalam spesimen serta berpadangan.Dibuktikan adanya virus dengue dari jaringan otopsi dengan cara immunokimiawi atau dengan cara immuno-flouresens, ataupun didalam spesimen serum dengan uji ELISA dibuktikan dengan keberadaan gambaran genomic sekuen virus dari jaringan otopsi, sediaan serum atau cairan serebro spinal (CSS), dengan uji Polymerase Chain Reaction ( PCR).
Klarifikasi KasusDicurigai sebagai kasus: Yaitu kasus yang jelas dengan melihat gejala klinisnya.Kemungkinan sebagai Kaus : ialah kasus yang menunjukkan gejala klinis dan didukung oleh satu atau lebih dari ;Uji serologi berupa munculnya titer anti bodi dengan hemaglutinasi ? inhibisi 1280 atau lebih yang sebanding dengan titer positif IgG dengan uji ELISA, ataupun titer positif zat anti bodi IgM pada fase akhir yang akut pada fase konvalesens.Munculnya kasus DD lain dilokasi dan waktu yang samaKasus yang Pasti : ialah kasus yang secara klinis benar, serta didukung pula kebenarannya secara laboratoris.Kriteria Untuk Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD)Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah kasus tersangka ataupun kasus yang pasti dari dengue dengan kecenderungan perdarahan disertai adanya satu atau lebih dari hal ? hal berikut :Tes Tourniquet yang positif.Adanya perdarahan dalam bentuk petekiae, ekimosis atau purpura.Perdarahan selaput lendir mukosa, alat cerna gastrrointestinal, tempat suntikan atau ditempat lainnya.Hematemesis atau melenaDan trombositopenia ( <>
2. Sindrom Syok Dengue (SSD) Mencakup semua kriteria DBD diatas ditambah lagi dengan munculnya gangguan sirkulasi darah dengan tanda-tanda denyut nadi menjadi lemah dan cepat, menyempitnya tekanan nadi (20 mmHg atau kurang) atau hipotesi berdasar umur, kedinginan, keringat dingin dan gelisah.

Pengobatan
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan.

Epidemiologi
Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.

Pencegahan
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti. (dari berbagai sumber)

Rubella

Rubella - yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3 hari - adalah sebuah infeksi yang menyerang, terutama, kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella (virus yang berbeda dari virus yang menyebabkan penyakit campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hidung atau tenggorokan. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang dikandungnya. Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anak-anak, bahaya medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang dapat menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut. Sebelum vaksin untuk melawan Rubella tersedia pada tahun 1969, epidemi rubella terjadi setiap 6 s.d. 9 tahun. Anak-anak dengan usia 5 - 9 menjadi korban utama dan muncul banyak kasus rubella bawaan. Sekarang, dengan adanya program imunisasi pada anak-anak dan remaja usia dini, hanya muncul sedikit kasus rubella bawaan.

Most rubella infections today appear in young, unimmunized adults rather than children. In fact, experts estimate that 10% of young adults are currently susceptible to rubella, which could pose a danger to any children they might have someday.

Saat ini, sebagian besar infeksi rubella terjadi pada pria-wanita dewasa usia muda dan bukan pada anak-anak. Munurut fakta, para ahli memperkirakan bahwa 10% anak muda saat ini rentan terhadap rubella. Hal ini memicu bahaya laten yang mungkin akan berdampak pada anak-anak yang akan mereka miliki di masa datang. Tanda-tanda dan gejala Infeksi rubella dimulai dengan adanya demam ringan selama 1 atau 2 hari (99 - 100 Derajat Fajrenheit atau 37.2 - 37.8 derajat celcius) dan kelenjar getah bening yang membengkak dan perih, biasanya di bagian belakang leher atau di belakang telinga. Pada hari kedua atau ketiga, bintik-bintik (ruam) muncul di wajah dan menjalar ke arah bawah. Di saat bintik ini menjalar ke bawah, wajah kembali bersih dari bintik-bintik. Bintik-bintik ini biasanya menjadi tanda pertama yang dikenali oleh para orang tua. Ruam rubella dapat terlihat seperti kebanyakan ruam yang diakibatkan oleh virus lain. Terlihat sebagai titik merah atau merah muda, yang dapat berbaur menyatu menjadi sehingga terbentuk tambalan berwarna yang merata. Bintik ini dapat terasa gatal dan terjadi hingga tiga hari. Dengan berlalunya bintik-bintik ini, kulit yang terkena kadangkala megelupas halus. Gejala lain dari rubella, yang sering ditemui pada remaja dan orang dewasa, termasuk: sakit kepala, kurang nafsu makan, conjunctivitis ringan (pembengkakan pada kelopak mata dan bola mata), hidung yang sesak dan basah, kelenjar getah bening yang membengkak di bagian lain tubuh, serta adanya rasa sakit dan bengkak pada persendian (terutama pada wanita muda). Banyak orang yang terkena rubella tanpa menunjukkan adanya gejala apa-apa.

Ketika rubella terjadi pada wanita hamil, dapat terjadi sindrom rubella bawaan, yang potensial menimbulkan kerusakan pada janin yang sedang tumbuh. Anak yang terkena rubella sebelum dilahirkan beresiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan, keterlambatan mental, kesalahan bentuk jantung dan mata, tuli, dan problematika hati, limpa dan sumsum tulang. Penularan Virus rubella menular dari satu orang ke orang lain melalui sejumlah kecil cairan hidung dan tenggorokan. Orang yang mengidap rubella sangat berpotensi menularkan virus tersebut dalam periode satu minggu sebelum sampai satu minggu sesudah ruam muncul. Seseorang yang terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala rubella tetap dapat menularkan virus tersebut Balita yang memiliki rubella bawaan dapat melepaskan virus tersebut melalui urin dan cairan hidung dan tenggorokan selama satu tahun atau lebih dan dapat menularkan virus terhadap orang yang belum terimunisasi.
Pencegahan Rubella dapat dicegah dengan vaksin rubella. Imunisasi rubella secara luas dan merata sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini, yang pada akhirnya dapat mencegah cacat bawaan/lahir akibat sindrom rubella bawaan. Vaksin ini biasanya diberikan kepada anak-anak berusia 12 - 15 bulan dan menjadi bagian dari imunisasi MMR yang telah terjadwal. Dosis kedua MMR biasanya diberikan pada usia 4 - 6 tahun, dan tidak boleh lebih dari 11 - 12 tahun. Sebagaimana dengan imunisasi lainnya, selalu ada pengecualian tertentu dan kasus-kasus khusus. Dokter anak akan memiliki informasi yang tepat. Vaksin rubella tidak boelh diberikan kepada wanita hamil atau wanita yang akan hamil dalam jangka waktu satu bulan sesudah pemberian vaksin. Jika anda berpikir untuk hamil, pastikan bahwa anda kebal terhadap rubella melalui tes darah. Jika tidak, sebaiknya anda mendapatkan vaksinasi setidaknya satu bulan sebelum memulai kehamilan.
Wanita hamil yang tidak kebal terhadap rubella harus menghindari orang yang mengidap penyakit ini harus diberikan vaksinasi setelah melahirkan sehingga dia akan kebal terhadap penyakit ini di kehamilan berikutnya Masa inkubasi Periode inkubasi rubella adalah 14 - 23 hari, dengan rata-rata inkubasi adalah 16 - 18 hari. Jangka waktu Ruam rubella biasanya berlangsung selama 3 hari. Pembengkakan kelenjar akan berlangsung selama satu minggu atau lebih dan sakit persendian akan berlangsung selama lebih dari dua minggu. Anak-anak yang terkena rubella akan pulih dalam jangka waktu satu minggu sementara pada orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih. Penanganan Rubella tidak dapat ditangani dengan antibiotik karena AB tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi virus Wanita hamil yang terkena rubella harus segera menghubungi DSOGnya secepatnya. Penanganan di rumah Rubella biasanya penyakit yang ringan, terutama pada anak-anak dan hanya membutuhkan penanganan kecil di rumah. Sumber dari: www.balita-anda.com

23 Juli 2008

Surveillans Epidemiologi Kesehatan

Selama ini pengertian konsep surveilans epidemiologi sering di pahami hanya sebagai kegiatan pengumpulan dana dan penanggulangan KLB, pengertian seperti itu menyembunyikan makna analisis dan penyebaran informasi epidemiologi sebagai bagian yang sangat penting dari proses kegiatan surveilans epidemiologi.
Menurut WHO, surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Oleh karena itu perlu di kembangkan suatu definisi surveilans epidemiologi yang lebih mengedepankan analisis atau kajian epidemiologi serta pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data.
Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah kabupaten/kota, Propinsi dan Pusat (surveilans.org)

Waspada Flu Burung

Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu; dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C.
Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit.
Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain.
Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.

22 Juli 2008

Ruang Lingkup Penyelenggaraan Sistem Surveillans Epidemiologi Kesehatan

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan sendiri, diperlukan tatalaksana terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar sektor dan antar program, sehingga perlu dikembangkan subsistem surveilans epidemiologi kesehatan yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular, Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, dan Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra


1. Surveilans Epidemiologi Penyakit MenularMerupakan analisis terus menerus
dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.

2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Merupakan analisis terus
menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.

3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku Merupakan analisis
terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan.

4. Surveilans Epidemiologi Masalah KesehatanMerupakan analisis terus menerus
dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.

5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan MatraMerupakan analisis terus menerus dan
sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.