13 Mei 2009

Depkes Kembangkan Fasilitas Riset Dan Alih Teknologi Produksi Vaksin Flu Burung

Departemen Kesehatan saat ini sedang merancang pembangunan fasilitas riset, dan alih teknologi produksi vaksin flu burung untuk manusia. Proyek ini merupakan langkah nyata untuk mengantisipasi ancaman penyakit menular pada umumnya dan pandemi influenza khususnya melalui ketersediaan vaksin flu burung. Fasilitas ini juga dapat diversivikasi untuk produksi vaksin dalam mengatasi influenza A H1N1 atau lebih populer dengan swine flu/flu babi.

Proyek ini difokuskan pada dua tempat yaitu di Universitas Airlangga Surabaya untuk penyiapan seed vacsin (biang vaksin) dengan Bio Safety Level-3 (BSL 3) dan PT. Biofarma Bandung untuk Chicken Breeding, fasilitas produksi vaksin skala industri.

Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan RI Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP(K) ketika membuka Pertemuan Nasional Evaluasi dan Perencanaan Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) yang diikuti sekitar 200 peserta dari Depkes, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi terpilih, dan kepala UPT (48 Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan, 10 Kepala BBTKL-PPM, dan Direktur Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso), Minggu malam, 10/05/2009, di Bandung.

Menurut Menkes, untuk mengatasi flu burung dan mengantisipasi agar flu baru tidak masuk ke Indonesia, Depkes telah menetapkan beberapa kebijakan dan langkah-langkah strategis guna mengeliminir atau mengatasi masalah dan tantangan Multiple Burden Diseases.

Kebijakan lainnya yaitu:

  1. Memantapkan pengetahuan dan pemahaman seluruh stake holders pelaku pembangunan terhadap nilai-nilai pembangunan kesehatan, yaitu berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan tepat, kerjasama tim, integritas yang tinggi, serta transparan dan akuntabel dalam melakukan kegiatan termasuk pelaksanaan proyek.
  2. Menetapkan 4 Strategi Utama sebagai Pilar Pembangunan Kesehatan termasuk pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, yaitu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan berkualitas, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan.
  3. Capacity dan Competency Building yang ditandai dengan restrukturisasi organisasi antara lain Direktorat Penyakit Tidak Menular, peningkatan kelas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen PP&PL antara lain 7 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) menjadi kelas I dan 4 Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pencegahan Pemberantasan Penyakit (BTKL-PPM) menjadi Balai Besar.

Disamping tantangan tersebut Menkes menambahkan, berbagai keberhasilan telah diraih dalam pembangunan kesehatan yang ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi (AKB) dari 35 menjadi 26,9 per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian ibu (AKI) dari 307 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup, gizi kurang balita dari 25,8% menjadi 18,4% dan meningkatnya umur harapan hidup (UHH) dari 66,2 menjadi 70,6.

Keberhasilan tersebut adalah keberhasilan pemerintah dengan semua komponen, baik di pusat maupun daerah terutama pemberi layanan kesehatan (health provider) sebagai ujung tombak yang melakukan pelayanan langsung kepada masyarakat, tegas Menkes.

Diakhir sambutannya, Menkes berharap agar semua stake holders yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dapat melaksanakan kegiatan ini dengan memperhatikan proses dan hasil kinerja tahun-tahun sebelumnya sebagai evidence based dan lessons learnt untuk perencanaan dan pelaksanaan selanjutnya. Selain itu, identifikasi sumber daya pusat dan daerah dan sinergikan melalui perencanaan dan pelaksanaan kegiatan terpadu dan komprehensif. Upayakan dan kembangkan kegiatan yang sifatnya kemitraan dengan memberdayakan semua stake holders termasuk masyarakat dan swasta.

Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP&PL Depkes dalam laporannya menyatakan bahwa pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan yang sudah dilakukan masih mempunyai agenda penting baik mempertahankan kegiatan dan cakupan yang sudah berhasil maupun mengeliminir masalah atau kekurangan-kekurangan seperti double burden yaitu masalah penyakit infeksi belum dapat dituntaskan termasuk munculnya re dan new-emerging diseases seperti Influenza A H1N1 (strain Meksiko). Selain itu, penyakit non infeksi seperti coronary, degenerative, dan cancer dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi sehingga memerlukan perhatian dan penanggulangan segera.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon/faks: 021-52907416-9 dan 52921669, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar